IMPLEMENTASI PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DI DAERAH LOKUS STUNTING KECAMATAN TANARA, KABUPATEN SERANG
Abstract
Riskesdas di tahun 2018 mencatat kejadian stunting nasional sebesar 17,7-42,6 %. Penyebab terjadinya stunting antara lain faktor pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta keluarga dalam pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP ASI), pemberian ASI yang kurang tepat, penyakit infeksi, ketahanan dan keamanan pangan serta kebersihan air yang kurang. Tujuan abdimas untuk memberikan penyuluhan kepada ibu bayi dan balita di Kecamatan Tanara tentang pentingnya pengetahuan pemberian MP-ASI yang benar untuk pencegahan stunting dan gizi buruk.
Pengabdian masyarakat dilakukan di Kecamatan Tanara. Jumlah responden Ibu bayi dan balita 40 orang berusia 20-45 tahun dengan usia bayi dan balita 6-24 bulan. Ibu bayi dan balita mengisi kuisioner pertanyaan, kemudian Tim Pengabdi memberikan penyuluhan tentang stunting serta pengetahuan mengenai pemberian MP-ASI yang baik dan contoh pembuatan MPASI yang benar. Setelah penyuluhan responden mengisi kuisioner kembali untuk mengukur pengetahuan tentang MP-ASI. Hasil nilai pengetahuan ibu bayi dan balita sebelum penyuluhan rata-rata 57,5%, setelah penyuluhan didapatkan rata-rata 80,1%. Terdapat peningkatan pengetahuan ibu bayi dan balita setelah penyuluhan sebesar 28,2 %. Peningkatan pengetahuan ibu mengenai nutrisi diharap akan memperbaiki praktek pemberian MP ASI sehingga dapat menurunkan kejadian stunting, perlunya peran pemerintah daerah melalui puskesmas dan posyandu untuk menggiatkan edukasi mengenai pemberian MP ASI yang benar.
Kata kunci: Implementasi, makanan pendamping ASI, lokus, stunting
ABSTRACT
Basic Health Research Results Report in 2018 recorded a national incidence of stunting to 17,7-42,6 %. Factors that influence the occurrence of stunting were knowledge, attitude, and behavior of mother to prepare the complementary feeding, infection disease, food security and food safety. The objective was to provide counselling to mothers of infants and toddlers aged 6-24 months in Tanara District, Serang Regency during covid-19 pandemic, about knowledge in preparation the complementary feeding. A community counselling had conducted in Tanara District, Serang Regency, Banten Province in September 2020 amid the atmosphere of the Covid-19 pandemic, 40 respondents of infants and toddlers aged 6-24 months had been elected consecutively from 9 sub-districts. Respondents should fill out a questionnaire before and after the counselling about stunting and preparation of complementary feeding. The average of knowledge value results of respondents before and after counselling were 57.5% and 80.1% respectively. There is 28.2% increase in the knowledge before and after the counselling. Amid the Covid-19 pandemic the mothers of infants and toddlers in Tanara district still had passion to increase knowledge about stunting, however the role of local government is still needed to make the incidence of stunting lower by activating education about complementary feeding.
Keywords: Implementation, complementary feeding, stunting
Downloads
References
[2] Oni M, Branca F. Review Article Childhood stunting: global perspective. Maternal & Childhood Nutrition. 2018.p 12-26
[3] Zidny MI. 2019. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita usia 24-60 bulan di daerah lokus stunting wilayah kerja puskesmas Bangkonol kabupaten pandeglang tahun 2019.[ Skripsi ]. [Jakarta:Indonesia]: UPN Veteran Jakarta
[4] Nasar SS, Mexitalia M. 2011. Makanan Pendamping ASI dalam Buku Ajar Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik.Edisi Pertama.Jakarta : Badan Penerbit IDAI
[5] Cowbrough K. 2010. Complementary feeding for infant 6-12 month. Journal of family health care
[6] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Situasi Balita Pendek Di Indonesia. [Internet]. [cited 26 November 2020]. Available from www.kemkes.go.id
[7] Beal T, Tumilowics A, Sutrisna A, Izwardy D, Neufeld LM. A review childhood stunting determinants in Indonesia. Matern Child Nutr. 2018;14:e12617
[8] Dwitama YS, Zuhairini Y, Djais J. 2018. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI terhadap Balita Pendek Usia 2 sampai 5 tahun di Kecamatan Jatinangor. JSK. Vol 3 No 3: 142-148
[9] Ilmanisak R, Pudjirahaju A, Aswin A. 2017. Edukasi mp-asi, sikap ibu dan tingkat konsumsi energi-protein baduta stunting usia 7 – 24 bulan. Jurnal pendidikan kesehatan, vol 6, no 1: 16-26.
[10] Alvizi P et al. 2015. Review Recommendations on complementary feeding for healthy, full- term infants. Italian Journal of Pediatrics. 41:36 DOI 10.1186/s13052-015-0143-5
[11] Blaney S, Februhartanty I, Sukotjo S. 2015. Feeding practices among Indonesian children above six months of age: a literature review on their magnitude and quality (part 1). Asia Pac J Clin Nutr;24(1):16-27
[12] Prihutama NY, Rahmadi FA, Hardaningsih G. 2018. Pemberian makanan pendamping asi dini sebagai faktor risiko kejadian stunting pada anak usia 2-3 tahun. JKD, Vol. 7, No. 2 : 1419-1430
[13] Muniarti. 2010. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian MP-ASI dengan Status Gizi Anak (6-24 Bulan) di Kenagarian Bungo Tanjung Tahun 2009. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4: 88-96.
[14] Aprillia YT, Nugraha S, Mawarni ES. 2019. Efektifitas Kelas Edukasi Makanan Pendamping Asi (Mp-Asi) Dalam Peningkatan Pengetahuan Ibu Bayi. Jurnal Bidang Ilmu Kesehatan.Vol. 9, No. 2: 126-133
[15] Chandradewi A, Darawati M, Salam A. Pengaruh penyuluhan gizi terhadap pola pemberian mpasi, berat badan, dan status gizi anak usia 6 – 24 bulan di kelurahan selagalas kota mataram aasp. Chandradewi, Made Darawati, Abdul Salam. J Kesehat Prima. 2012;6(1):849–59.
[16] Yessi Marlina, Dewi Erowati, Pengolahan MP ASI berbasis pangan local di Desa Ranah Singkuang, kabupaten Kampar. Logista - Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat. Vol 5. No.2 Tahun 2021 Hal: 202-208