PENDAMPINGAN PENGOLAHAN SAGU TUMANG MENJADI TEPUNG SAGU PADA HOME INDUSTRY SAGOE, DESA HAYA, KABUPATEN MALUKU TENGAH
ASSISTANCE FOR PROCESSING SAGU TUMANG INTO SAGU FLOUR IN THE SAGOE HOME INDUSTRY, HAYA VILLAGE, CENTRAL MALUKU DISTRICT
Abstract
Proses produksi sagu di Desa Haya Kabupaten Maluku Tengah dilakukan secara semi-mekanis. Hasil produksi berupa sagu basah (sagu tumang). Home industry Sagoe merupakan startup yang mengolah sagu tumang menjadi tepung sagu. Proses produksi yang dilakukan sangat sederhana mulai dari pengeringan, penghalusan, pentapisan, dan pengemasan. Tepung sagu yang dihasilkan masih mengandung partikel-partikel kecil ela sagu. Sehingga tepung sagu harus melewati proses perendaman terlebih dahulu sebelum digunakan untuk mendapatkan pati sagu yang bersih. Tepung sagu “Sagoe” dijual dengan harga Rp. 11.000/pack untuk ukuran 450 gram. Penentuan harga ini mengikuti harga yang telah ada di pasar. Jadi mitra belum memiliki metode perhitungan dalam menentukan harga jual produknya.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan tiga tahapan, yaitu: tahapan persiapan, tahapan inti, dan tahapan evaluasi. Pada tahapan inti dilakukan pendampingan proses produksi dan pendampingan perhitungan harga jual tepung sagu. Hasil dari kegiatan ini adalah diperoleh proses produksi yang mampu memberikan tepung sagu yang lebih bersih. Selain itu, mitra juga telah mengetahui cara menentukan harga jual produk dengan metode cost plus pricing.
Kata Kunci: Sagu tumang, Tepung sagu, Cost plus costing, Variable costing, Harga pokok produksi, Harga jual
ABSTRACT
The sago production process in Haya Village, Central Maluku Regency is carried out semi-mechanically. The product is wet sago (sago tumang). Home industry Sagoe is a startup that processes sago tumang into sago flour. The production process is very simple, starting from drying, refining, filtering and packaging. The resulting sago flour still contains small particles of sago ela. So that the sago starch must go through the soaking process first before being used to get clean sago starch. Sagoe flour is sold for Rp. 11,000/pack for 450 grams. This price determination follows the existing prices in the market. So partners do not have a calculation method in determining the selling price of their products. This community service activity uses three stages, namely: the preparation stage, the core stage, and the evaluation stage. At the core stage, assistance in the production process is carried out and assistance in calculating the selling price of sago flour. The result of this activity is a production process that is able to provide cleaner sago starch. In addition, partners also know how to determine the selling price of products using the cost plus pricing method.
Keywords: Sagu tumang (wet sago), Sago powder, Cost plus costing, Variable costing, Cost of goods sold, Selling price
Downloads
References
[2] A. F. Basundoro and F. H. Sulaeman, “Meninjau Pengembangan Food Estate Sebagai Strategi Ketahanan Nasional Pada Era Pandemi Covid-19,” J. Kaji. Lemhanas RI, vol. 8, no. 2, pp. 28–42, 2020.
[3] P. Tirta, N. Indrianti, and R. Ekafitri, “Potensi Tanaman Sagu (Metroxylon sp.) dalam Mendukung Ketahanan Pangan di Indonesia,” Pangan, vol. 22, no. 1, pp. 61–76, 2013.
[4] D. Bagaskara, Julio; Hardiansyah, Gusti; Setyawati, “Biaya Produksi Tepung Sagu (Metroxylon sagu Rottb) Secara Semi Mekanis Pada Industri Usaha Kecil Di Desa Korek Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya,” vol. 8, pp. 505–517, 2020.
[5] N. Nusaibah, E. Suhesti, and A. T. Ratnaningsih, “Produktivitas Dan Kualitas Sagu Pada Proses Pengolahan Secara Mekanis Dan Semi Mekanis Dan Semi Mekanis Di Kec. Merbau Kab. Kepulauan Meranti,” Wahana For. J. Kehutan., vol. 13, no. 2, pp. 65–73, 2018, doi: 10.31849/forestra.v13i2.1569.
[6] I. Irnawati, M. S. Kahar, and M. I. E. Budiarti, “Studi Pengolahan Sagu (Metroxylon sp.) Oleh Masyarakat Kampung Malawor Distrik Makbon Kabupaten Sorong,” AKSIOLOGIYA J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 2, no. 2, p. 97, 2018, doi: 10.30651/aks.v2i2.1202.
[7] Fahroji, “Pengolahan Sagu,” Dinas Perkeb. Kab. Pelalawan, no. 1981, pp. 1–8, 2011, [Online]. Available: https://www.academia.edu/11587393/pengolahan_sagu.
[8] L. Santioso, S. Salim, A. B. Daryatno, and N. Bangun, “Variable Costing Sebagai Alternatif Costing Untuk Meningkatkan Kualitas Keputusan Penentuan Harga Produk,” J. Bakti Masy. Indones., vol. 2, no. 2, pp. 315–322, 2020, doi: 10.24912/jbmi.v2i2.7265.
[9] M. Gunawan, “Penentuan Harga Jual Dengan Metode Full Costing Pada PT. Danliris di Sukaharjo,” Artik. Ilm., pp. 1–34, 2009.
[10] L. Mawikere, V. Ilat, and R. Woran, “Penentuan Harga Jual Produk Dengan Menggunakan Metode Cost Plus Pricing Pada Ud. Vanela,” J. Ris. Ekon. Manajemen, Bisnis dan Akunt., vol. 2, no. 2, pp. 1659–1669, 2014.
[11] A. DIYAH IKAWATI, “Penetapan Harga Jual Dengan Metode Cost Plus Pricing Pada Warung Sederhana 2 Jetis Kulon Surabaya,” J. Akunt. AKUNESA, vol. 5, no. 2, pp. 1–21, 2017..